Rabu, 30 Juni 2010

Diisrakan dan dimirajkan dengan Dzikir

DI ISRA DAN DI MIRAJKAN MANUSIA DENGAN DZIKIR

Hikmah dari peristiwa Isra Nabi Muhammad SAW, adalah bahwa manusiapun harus dapat melaksanakan Isra, sehingga pengertian Isra bagi manusia adalah diperjalankannya diri manusia oleh Allah kedalam jalan yang lurus.
Bagaimana caranya manusia dapat diperjalankan oleh Allah dalam kehidupan dunia agar hidup dan kehidupannya di dunia dapat berada dalam jalan yang lurus, sehingga akan mendapatkan kebahagiaan di negeri Akhirat bertemu dengan Allah (Miraj) maka dapat dipahami melalui metoda Dzikir . Allah telah berfirman QS Al-Baqarah (2) :152.
Artinya : Ingatlah kamu kepadaku (Dzikir) niscaya aku akan ingat kepadamu dan bersyukurlah kepadaku , dan janganlah kamu mengingkari ni’mat Ku/kufur.

Firman Allah tersebut sangat jelas menyatakan apabila kita ingin bertemu dengan Allah (Miraj) dimana Allah mengingat kepada kita, maka kita terlebih dahulu harus Ingat kepada Allah (Isra), ini artinya tidak mungkin Allah akan bertemu dengan kita (Miraj) kalau kita tidak selalu ingat kepada Allah (Isra). Berdasarkan pengertian tersebut maka Isra adalah merupakan proses atau metoda Dzikrullah sedangkan Miraj adalah hasil dari pelaksanaan Dzikir kita dapat bertemu dengan Allah, oleh karena itu maka Isra dapat dilakukan dengan metode Dzikir zahar, yaitu suatu proses pelaksanaan dzikir dengan mengeraskan suara dengan maksud bahwa diri kita sedang berupaya keras untuk dapat melatih dan memaksa diri kita selalu ingat kepada Allah, apabila proses ini telah dilakukan dengan dawam dan teguh maka hasilnya kita dapat bertemu dengan Allah yang ditunjukan dengan metode Dzikir khapi yaitu melaksanakan dzikir dalam hati dimana hati kita sudah dapat bertemu dengan Allah yang disebabkan oleh proses pelaksanaan Dzikir Zahar. Pengertian ini dapat dijelaskan oleh firman Allah QS.Fushilat (41) : 30,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Firman Allah tersebut menyatakan apabila manusia telah melaksanakan Isra dengan metode dawam teguh melaksanakan Dzikir maka manusia tersebut akan dapat di Mirajkan oleh Allah yaitu dengan langsung mendapatkan pertolongan dari Allah dan mendapat syurga bertemu dengan Allah . Sehingga firman Allah tersebut lebih menjelaskan lagi bahwa dengan melaksanakan dzikir yang teguh sebagai metode memasuki jalan yang lurus (Isra) dengan metoda dzikir zahar, maka atas perintah Allah para malaikat turun menolong manusia sebagai bentuk pertemuan Allah dengan manusia (Miraj) dan mendapatkan pertolongan dunia dan akhirat.
Penjelasan diatas telah menunjukan bahwa Isra manusia yang merupakan diperjalankannya manusia kepada jalan yang lurus, dapat dilakukan dengan menggunakan metode dzikir zahar sebagai suatu metode kita akan selalu mengingat Allah agar Allah memasukan hidup dan kehidupan kita kepada jalan yang lurus. Untuk dapat melaksanakan dzikir zahar sebagai suatu proses pelaksanaan Isra manusia, maka manusia dalam melaksanakan dzikir harus iklas hanya ditujukan kepada Allah karena sesuai dengan hikmah dari peristiwa Isra Nabi Muhammad SAW, yaitu diperjalankannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang artinya untuk diperjalankan hidup manusia oleh Allah kedalam jalan yang lurus maka hidup manusia harus berangkat dari Allah yaitu tujuan hidup hanya ditujukan untuk Ibadah kepada Allah (Marifatullah) dan akhir hidup ini adalah kembali kepada Allah (Marifatullah), yang artinya hidup berjalan dari masjid ke masjid. Sehingga Perjalanan Hamba Allah dalam hidup dimulai dari yang Maha Awal yaitu Allah dan Berakhir kembali kepada yang Maha Akhir yaitu Allah, sehingga hidup manusia merupakan suatu sitem Dzikir yaitu perjalanan Isra, bahwa hidup diawali oleh marifat (Masjidil Haram) dan kembali ke marifat (Masjidil Aqsha), seperti yang dijelaskan oleh Allah, QS Al-Hadid (57:3).
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Dengan demikian untuk dapat di Israkannya diri manusia maka harus berangkat dari masjid Haram dan berakhir di masjidil Aqsha (Marifat) yaitu dimulainya manusia menetapkan tujuan hidup hanya Allah yang dimaksud, tiada lain hidup kita ditujukan hanya untuk Allah, semata-mata kita hidup hanya untuk beribadah. Dan akhir hidup kita adalah kembali kepada Allah. QS Az-Zaariyaat (51):56,
“Dan tidak semata-mata Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu”.

Bagaimana pengertian Ibadah berdasarkan pengertian Isra dengan metoda Dzikir, yaitu setiap gerak langkah hidup kita baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar (tidur), dalam setiap gerakan jantung kita setiap tarikan dan buangan nafas kita, dalam setiap bagian dari tubuh kita, hanya Allah yang diingat,disebut dan dituju, hal ini dijelaskan dalam QS Al-Anfal (8):45
Dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
QS Al-Ahdzaab (33) :41-42
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ingatlah kamu kepada Allah dengan sebanyak-banyak ingat, dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang

Dengan demikian makna dari Isra adalah orientasi setiap gerak langkah hidup jasmani dan rohani kita ditujukan hanya untuk Allah. Dengan selalu mengingat Allah maka kita akan di Mirajkan yaitu kita akan bertemu dengan Allah yang mana Allah akan selalu mengingat kita (segala keinginan dan kebutuhan kita).
Karena kita sudah memahami makna Isra yaitu diperjalankannya diri manusia oleh Allah untuk memasuki jalan yang lurus, maka kita dapat meyakini bahwa Hakikatnya bahwa yang menentukan segala alam semesta ini adalah Allah. Dengan demikian berarti kita dapat memahami makna dari Hakikat yaitu kalimah laa illaaha illallaah, yang bearti tidak ada yang dapat menentukan apapun di alam semesta hanya Allah yang menentukan segalanya. Dan hanya Allah sajalah yang dapat memperjalankan hambanya di muka bumi ini kedalam jalan yang lurus yaitu jalan yang diridhai oleh Allah, jalan yang akan mendapatkan kemenangan gilang gemilang di dunia dan akhirat, sehingga kita sekarang dapat memahami bahwa makna kalimat Thaoibah yaitu “laa illaaha illallaah” adalah merupakan kendaraan (Al Buraq) di Israkannya diri manusia, kalimat inilah yang menyebabkan manusia di perjalankan oleh Allah kedalam jalan yang lurus, seperti yang Allah firmankan QS. Al-Fathir (35) ;10.


Barang siapa mengharapkan kemuliaan maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya, Kepadanyalah naik perkataan –perkataan yang baik (“Laa ilaaha illal laah”) dan kepadanya terangkat amal yang shaleh. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur”.

Jadi yang dapat berjalan dan naik kepada Allah adalah dengan perkataan yang baik yaitu Kalimat Dzikirullah (Al Buraq), sehingga kendaraan dari Isra dan Miraj adalah dengan mengucapkan kalimat Dzikir kepada Allah.
Kalimat Dzikir merupakan kendaraan Isra manusia sebagai Al Buroq, tanpa adanya kendaraan ini manusia tidak mungkin diperjalankan oleh Allah kedalam jalan yang lurus, oleh karena itu agar kita dapat berada dalam lingkaran kalimat thaibah yang akan membawa kita kepada Allah (Miraj) maka yang menjadi perjuangan dalam hidup kita adalah bagaimana kita dapat tetap berada jalan menuju kepada Allah, perjuangan tetap berada dalam jalan menuju Allah adalah makna Tharikat.yaitu jalan menuju Allah seperti jalan yang telah ditempuh oleh Rasul kita Nabi Muhammad SAW, QS Al-Ambiaa (21 : 107)
“ Tiada kami mengutus engkau (ya Muhammad), melainkan menjadi pembawa rahmat bagi semesta alam”.

Firman Allah ini menyatakan dengan sangat jelas bahwa yang membawa rahmat (energi) dari Allah hanyalah Nabi Muhammad SAW, dengan demikian tidak mungkin manusia mendapatkan rahmat dari Allah kalau tidak melalui Nabi Muhammad. Hal ini kemudian dipertegas dalam firman Allah QS Al Maidah (5:35)
Artinya : Wahai manusia yang beriman bertaqwalah pada Allah dan Carilah CARA (METODE) untuk menghampirkan diri pada Allah dan berjihadlah (sungguh-sungguh berjuang, secara intensif beramal pada jalan-Nya itu, supaya kamu menang.

Firman Allah ini menyatakan dengan tegas dalam beribadah kita harus memiliki cara atau metode yang benar (Thariqatullah) yang ada gurunya atau mursidnya yang menuntun manusia untuk mendapatkan cara yang paling benar dalam beribadah kepada Allah yaitu cara beribadah yang sesuai dengan tuntunan Rasullullah, istiqomahlah (teguh, sungguh-sungguh jangan plin-plan) untuk tetap berada dalam metoda tersebut maka kita akan selamat dunia dan akhirat. Metode inilah yang akan mengkokohkan diri kita untuk tetap berada dalam jalan yang lurus, tetap berada dalam perjalanan Isra .
Bagaimana kita dapat tetap berada dalam jalan yang lurus (Isra), maka kita harus mau mengikuti aturan agar tetap berada dalam jalan atau thariqat yang tetap menuju kepada Allah. Pengertian inilah yang kemudian kita sebut dengan syariat.
Bagaimana aturannya agar kita tetap di Israkan, berada dalam jalan yang lurus (thariqat) sehingga kita akan selalu berada dalam bimbinganNya untuk mencapai tujuan hidup utama yaitu Allah. Maka kita harus mau berpedoman kepada Alquran dan Sunnah Rasul. Untuk memahami Syariat yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul kita mengenal melalui 2 tahapan yang merupakan suatu sistem hidup, yaitu terdiri dari Isra yaitu terdiri dari Marifat, Hakikat, Tharikat , Syariat, dan Miraj , tharikat, hakikat dan marifat. Sehingga Isra dan Miraj menggambar system hidup Dzikir manusia yang berawal dari Marifat kembali kepada Marifat

Selasa, 15 Juni 2010

4 KUNCI MEMBUKA AL-QURAN

4 KUNCI MEMBUKA AL-QURAN
(Tafsir QS Al-Araaf :1)

Allah berfirman QS Al-Araf : 1-3

Alif, laam miim shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Firman Allah tersebut menunjukan adanya 4 huruf yang menjadi kunci untuk mencari kebenaran yang mutlak (Absolut) yaitu Wahyu Allah Al-Quran, kunci-kunci yang disimbolkan oleh 4 huruf merupakan suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan yang juga disebut Sistem Dzikir, dan disampaikan atau diajarkan dalam materi Hidup Dalam Sistem Dzikir. Keempat huruf ini menjadi salah satu kunci untuk memahami isi kandungan Al-Quran sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia. Untuk itu maka dapat dijelaskan masing-masing kunci tersebut sebagai alat untuk memahami petunjuk atau pedoman yang ada dalam Al-Quran.
1). Kunci pertama huruf Alif, mengandung makna marifatullah, yaitu Allah
2). Kunci kedua huruf Laam, mengandung makna Hakikat, yaitu Laa ilaaha illal laah
3). Kunci ketiga huruf Miim, mengandung makna Thariqat, yaitu Muhammad SAW
4).Kunci keempat huruf Shaad, mengandung makna Syariat, yaitu ketentuan Al-Quran yang dilaksanakan

Pengertian tersebut didasarkan firman Allah QS Al-Imran : 1-3
Artinya
1).Alif laam miim.
2).Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
3).Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

Firman Allah ini menjelaskan makna dari 4 kunci huruf membuka Al-Quran, yaitu di ayat 1 di sebutkan ”Alif laam miim”, maksudnya dijelaskan dalam ayat 2 yaitu Allah untuk memberikan pemaham Alif, kemudian Laa ilaaha illal laah yang memberikan makna huruf Laam, dan kemudian di ayat ke 3 disebutkan Allah menurunkan Al-Kitab yaitu Al-Quran kepada Muhammad dengan tujuan membenarkan kitab-kitab sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah, ini menjelaskan makna huruf Miim.
Dari firman Allah tersebut maka sangat jelas ayat kedua menjelaskan makna Marifat yaitu Allah, dan makna Hakikat yaitu Laa ilaaha illal laah, sedangkan di ayat ketiga dijelaskan makna thariqat yaitu metodanya menggunakan thariqat Muhammad, yang membawa Al-Quran dari Allah untuk membenarkan kitab-kitab Allah yang telah diturunkan sebelumnya.
Dan selanjutnya makna dari kunci keempat yaitu huruf Shaad sebagai kunci yang terakhir yaitu kunci yang memberi bukti kebenaran Al-Quran yaitu tegaknya Syariat Islam, disimbolkan huruf ”Shaad” yang artinya Al-Quran yang diamalkan dalam kehidupan di dunia dijelaskan dalam ayat ke 3 diatas dan juga dijelaskan dan ditegaskan kembali oleh Allah QS Shaad:1
Shaad, demi Al Qur'an yang mempunyai keagungan.

Berdasarkan firman Allah tersebut maka sangat jelas bahwa 4 huruf sebagai kunci membuka Al-Quran adalah merupakan suatu sistem dimana kunci pertama dan kedua sebagai makna Marifat adalah INPUT, kemudian kunci ke tiga makna dari Thariqat sebagai suatu PROSES, dan kunci keempat makna Syariat sebagai suatu OUTPUT, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
INPUT
What & Why
PROSES
How
OUTPUT
(Bukti/Contoh)
Marifat (Alif)
Allah
Hakikat (Laam)
Laa ilaaha illallaah
Thariqat (Mim)
Muhammad
Syariat (Shaad) AlQuran
IMAN
HIJRAH
JIHAD


Keempat kunci yang tersebut sebagai suatu sistem Al-Quran, sehingga menjadi alat untuk mengukur kinerja hidup manusia, apakah hidupnya sudah ada dalam sistem Allah yaitu Al-Quran atau sistem Dzikir, atau kita keluar dari sistem Dzikir, untuk itu kita harus melakukan evaluasi atau mengukur performance/kinerja hidup kita. Dan instrumen untuk mengukur kinerja hidup manusia ini juga sebagai instrumen atau alat untuk memahami Al-Quran sebagai pedoman atau petunjuk bagi kehidupan manusia. Untuk memahaminya maka Allah telah memberikan satu Surat sebagai PEMBUKA untuk memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran yaitu Surat Al-Fatihah yang juga menjelaskan 4 huruf kunci pembuka Al-Quran yang dapat dijelaskan sebagai berikut ;

Surat Al-Fatihah sebagai surat Kunci Pembuka Al-Quran memiliki 4 Kunci pembuka yang dijelaskan dengan menggunakan 4 kalimat tanya sebagai berikut .
1). Apa yang menjadi tujuan hidup kita (Makna Marifat):
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ( ayat 1 pemimpin surat dan tujuan hidup manusia)
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam (ayat 2)
Tujuan hidup kita ini adalah beribadah kepada Allah, berdzikir menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya, serta memuji Allah sebagai Tuhan semesta Alam. Yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah (Laa Illaaha Illallaah)
2). Kenapa kita ingin mencapai tujuan hidup tersebut (Makna Hakikat)
Yang maha pengasih lagi maha penyayang (ayat 3)
Yang menguasai/merajai hari pembalasan (ayat 4)
Tujuan hidup manusia adalah Allah, hal ini karena Allah Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan penyayang kepada mahluk ciptaannya dan juga Allah yang merajai dan menguasai manusia untuk diminta pertanggungjawabanya atas kehidupannya didunia ini, jika baik mendapat syurga jika tidak mendapat siksa di neraka
3). Bagaimana caranya mencapai tujuan hidup manusia (Makna Thariqat):
Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan (ayat 5)
Tunjukilah kami jalan yang lurus (ayat 6)
Untuk mencapai tujuan hidup hanya Allah yang dituju maka manusia harus menyembah Allah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, itulah yang disebut jalan yang lurus.
4). Contohnya, aplikasinya (Makna Syariat)
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (ayat 7)
Apa contohnya jalan yang lurus tersebut yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat yaitu Para Nabi dan Rasul, Sahabat Nabi, Waliyullah, Orang-orang shaleh. Dan tentunya contoh yang utama adalah Nabi Muhammad SAW

Surat Al-Fatihah telah menunjukan metoda untuk memahami dan membuka isi kandungan Al-Quran yang juga mengandung 4 kunci pembuka yang kemudian juga disimbolkan oleh 4 huruf kunci pembuka Al-Quran yang menjadi instrumen untuk mengukur kinerja hidup kita sebagai seorang Mukmin, apakah sudah menjadi mukmin yang haqqon (Mukmin sejati) yaitu berada dalam sistem Dzikir, atau kita masih mengaku-ngaku saja sebagai seorang beriman yang hidupnya tidak berada dalam sistem Quran/Dzikir. Untuk itu maka evaluasi diri kita dengan menanyakan kepada diri kita dengan 4 kunci pertanyaan sebagai alat mengukur hidup kita, yaitu :
Pertanyaan Marifat (Alif), apa tujuan hidup kita ?
Pertanyaan Hakikakat (Laam), kenapa atau alasan kita ingin mencapai tujuan hidup ?
Pertanyaan Thariqat (Mim), Bagaimana caranya kita mencapai tujuan hidup tersebut, apa yang sedang kita lakukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut ?
Alat ukurnya apakah hidup kita sudah ada dalam jamaah sebagai tempat Hijrah
Pertanyaan Syariat (Shaad), apa bukti atau hasil didunia yang sudah kita rasakan dalam mencapai tujuan hiudp kita ?.
alat ukurnya adalah Jihad dapat menggunakan formula 3k, Koherensi (apakah sistem hidup kita sesuai dengan Al-Quran), Korespondensi (apakah hasil, fakta, fenomena yang kita peroleh sesuai dengan Al-Quran), Konfirmasi (Apakah strategi hidup kita sesuai dengan Al-Quran).
Ke 4 pertanyaan ini yang ditanyakan dan dijelaskan serta dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran, sehingga jawaban kita yang telah kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, jika tidak sesuai dengan Al-Quran dan Contoh yang dilakukan oleh Rasulullah maka dinyatakan salah atau kita keluar dari sistem Dzikir. Berdasarkan hal ini maka ke 4 pertanyaan ini juga dijadikan Metoda untuk memahami isi kandungan Al-Quran, dimana dalam memahaminya tidak boleh parsial atau sepotong-sepotong tapi harus utuh dalam sistem yang pemahamannya menjawab 4 pertanyaan tersebut yang tidak lain juga menjelaskan sistem dari input, proses sampai output, serta pelaksanaanya terangkai dalam sistem IMAN, HIJRAH DAN JIHAD, sebagai satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan sehingg secara individu kita bisa berpredikan sebagai Mukmin yang Haqqon (mukmin sejati), yang outputnya mendapat gelar sebagai MUJAHID, pejuang Allah, sehingga jaminannya adalah SYURGA, Amin.