Minggu, 29 Maret 2009

MENDAPAT KEMENANGAN DI PENGADILAN ALLAH


Allah berfirman dalm QS Al-Araaf : 6

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),

Pada akhirnya setiap manusia akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban oleh Allah, segala aktifitas yang telah dilakukannya ketika hidup didunia, juga Allah akan menayakannya kepada Rasul-Rasul Allah, yang telah diutus kepada kaumnya, hal ini menunjukan subtansi pengadilan Allah di yaumil akhir adanya suatu keadilan, dimana Allah menanyakan dahulu kepada umat manusia kemudian menanyakan juga kepada Rasulnya sebagai konfirmasi dari apa yang disampaikan oleh umat manusia, ini menunjukan bahwa Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk memberikan jawaban atas segala apa yang telah dilakukan oleh manusia, walaupun sesungguhnya Allah telah memiliki bukti-bukti kebenaran atas segala apa yang telah dilakukan oleh Manusia dan Rasulnya karena Allah maha kuasa atas segalanya, tetapi pengadilan Allah yang Mutlak keadilannya, tetap memberi kesempatan kepada manusia dengan melakukan pertanyaan kepada manusia dari apa yang telah dilakukannya di dunia kemudian di konfirmasi dengan jawaban dari para RasulNya, dan kemudian Allah menunjukan kebenaranya apa-apa saja yang telah dilakukan oleh manusia di dunia, hal ini dijelaskan oleh Allah QS Al-Araaf:7
maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).

Setelah manusia dan Rasul Allah ditanya dari segala apa yang telah dilakukannya selama hidup didunia, maka kemudian Allah membuka kebenaran yang sebenarnya dari segala apa yang telah dilakukan oleh manusia, sehingga tidak ada satupun yang luput dari sepengetahuan Allah, karena semua sudah ada catatan yang sangat jelas dari segala kegiatan atau amal manusia, dan inilah pengadilan yang sebenarnya, pengadilan yang seadil-adilnya dihadapan Allah, pada saat itu dapat diukur timbangan amal kebaikan dan amal buruk manusia, seperti yang dijelaskan QS Al-Araaf:8

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Dengan diubuktikanya seluruh amal manusia selama hidup didunia maka tidak ada yang luput dari perhitungan dan pemeriksaan Allah, sehingga bagi yang berat amal kebaikannya maka pada saat itu mereka menjadi manusia yang beruntung, dan bagi yang ringan timbangannya, Allah jelasakan, QS Al-Araaf:9
Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Timbangan amal kebaikan yang lebih ringan dibandingkan amal keburukannya, berarti mereka termasuk manusia yang paling merugi, kenapa timbangan amal kebaikannya ringan dan lebih berat amal buruknya, karena manusia tidak mau tunduk dan taat kepada ayat-ayat Allah (Al-Quran), berarti manusia yang paling rugi adalah manusia yang tidak mau mengikuti apa-apa yang ada dalam Al-Quran, ciri manusia tersebut yang tidak tunduk dan taat kepada Al-Quran adalah manusia yang tidak mau bersyukur kepada Allah, atas segala nikmat dan fasilitas, sarana dan prasarana hidup dan kehidupan yang sudah diberikan oleh Allah di Dunia ini, hal ini dijelaskan oleh Allah, QS Al-Araaf:10

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.

Allah telah memberikan sarana, prasarana, fasilitas yang sangat lengkap untuk hidup manusia di dunia, tetapi manusia dalam melaksanakan aktifitas hidup dan kehidupannya tidak pernah mau bersyukur kepada Allah, atas apa-apa yang telah diberikan oleh Allah didunia ini, seperti tersedianya bumi,gunung, hutan,tumbuh-tumbuhan,hewan,hujan, air,sungai, laut, matahari, bulan, angin, api, udara, dan segala apa yang ada dibumi, tidak pernah diolah atau diusahakan yang ditujukan untuk menyembah dan beridabadah kepada Allah, sebagai tanda bersyukur kepada Allah yang maha pengasih dan penyayang, tetapi justru pada saat ini sumber daya Alam yang diberikan oleh Allah dan sumber daya manusia yang diberikan sempurna oleh Allah kepada manusia, tidak dugunakan untuk beribadah kepada Allah, tetapi kebanyakn digunakan untuk memenuhi hawa napsu diri manusia yang sesungguhnya hawa napsu tersebut mengikuti jalan syetan, sehingga dalam mengolah sumber daya manusia dan alam ini dilakukan oleh manusia dengan mengikuti hawa napsunya berarti mengikuti perintah syetan, seharusnya sumber daya manusia (akal) dan sumber daya alam yang diberikan oleh Allah harus dikelola berdasarkan ketentuan Allah (Al-Quran), dan kegiatannya dilakukan untuk membesarkan, menguatkan agama Allah, dan bertasibih serta berdzikir kepada Allah. Inilah hakikat yang sessungguhnya bersyukur kepada Allah, yaitu mengolah potensi diri manusia dan sumberdaya alam semesta yang digunakan untuk beribadah kepada Allah, menguatkan, dan membesarkan agama Allah, serta bertasbih dan berdzikir kepada Allah.
Semoga kita semua dapat menjadi manusia yang selalu bersykur kepada Allah agar mendapatkan kemenagan (Al-Fath) ketika dihadapan pengadilan Allah, Amin.

Sukabumi, 30 Maret 2009/ 3 Rabiul Akhir 1430H
Majlis Dzikir dan Aurod Bashorun Fuadun

Muhammad Fajar laksana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar