Minggu, 25 Januari 2009

Menghadapi Gerhana Matahari

KHUTBAH SHALAT KUSUF (GERHANA)
RITUALITAS PERISTIWA GERHANA MATAHARI SESUAI SUNNAH RASULULLAH Di Majlis Dzikir dan Aurod Bashorun Fuadun
Muhammad Fajar Laksana


Bismillaahirrohmaanirrohiim, wash-sholaatu wassalaamu ‘alaa Sayyidinaa Muhammadiw-wa’alaa aalihii wa shohbihii ajma’iin. Ammaa ba’du
Allah berfirman dalam Qs Fushilat :37
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
Qs Ibrahim :33
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Qs Al-Hadid:1
Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Aisyah istri Nabi saw., berkata, “Terjadi gerhana matahari pada masa hidup Rasulullah. Beliau keluar ke masjid lalu menyuruh seseorang menyerukan, Ash-Shalaatu Jaami’ah, kemudian beliau maju (2/31). Lalu, orang-orang berbaris di belakang beliau. (Dan dalam riwayat lain dari Aisyah: seorang wanita Yahudi datang mengajukan pertanyaan kepadanya seraya berkata, ‘Mudah-mudahan melindungimu dari azab kubur.’ Kemudian Aisyah bertanya kepada Rasulullah, ‘Apakah orang-orang disiksa di dalam kuburnya?’ Rasulullah menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari hal itu.’ Kemudian pada suatu pagi Rasulullah naik kendaraan, lalu terjadi gerhana matahari. Kemudian beliau kembali pada waktu dhuha. Maka, Rasulullah berjalan di antara dua punggung batu, lalu beliau berdiri menunaikan shalat 2/26-27). Kemudian Rasulullah membaca bacaan (dalam satu riwayat: surah 2/62) yang panjang yang beliau baca dengan keras. Beliau bertakbir, lalu ruku dengan ruku yang panjang. Setelah itu mengangkat kepalanya seraya (4/76) mengucapkan, ‘Sami’allaahu Liman Hamidah.’ Lantas berdiri lagi yang lebih pendek daripada berdirinya yang pertama (2/24) dan tidak sujud. Beliau membaca ayat-ayat yang panjang tetapi lebih pendek daripada bacaannya yang pertama, (dan dalam satu riwayat: kemudian beliau membuka bacaannya dengan surah lain). Kemudian bertakbir dan ruku yang panjang, tetapi lebih pendek dari ruku yang pertama, lalu mengucapkan, ‘Sami’allaahu Liman Hamidah, Rabbana wa Lakal Hamdu.’ Lalu, sujud dengan sujud yang panjang (dua kali sujud 2/30). Kemudian pada rakat yang terakhir beliau melakukan seperti apa yang beliau lakukan dalam rakaat sebelumnya. Dengan begitu, beliau telah menyempurnakan empat kali ruku dalam dua rakaat. Juga telah empat kali sujud (dalam satu riwayat: dengan dua kali sujud pada rakaat yang pertama, sedang sujud yang pertama lebih panjang). Kemudian matahari telah jelas sebelum beliau pergi, lalu beliau salam. Kemudian beliau berdiri, lalu berkhotbah kepada orang banyak dan memuji Allah dengan pujian yang layak untuk-Nya. Kemudian bersabda, ‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Allah yang Dia tampakkan kepada hamba-hambaNya. Keduanya tidak menjadi gerhana karena meninggalnya seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka lakukanlah shalat.’ (Dalam satu riwayat: maka, berdoalah kepada Allah, agungkanlah Dia, dan shalatlah [hingga tersingkap matahari/bulan kepadamu 2/24-25] dan bersedekahlah. Sesungguhnya saya melihat di tempat berdiriku ini segala sesuatu yang dijanjikan kepadaku, hingga saya lihat diri saya ingin memetik setandan kurma dari surga ketika kamu melihat aku maju, dan kulihat neraka Jahannam sebagiannya meruntuhkan sebagian yang lain ketika kamu lihat aku mundur. Aku lihat di sana Amr bin Luhaiy [menyeret ususnya 5/1910, dan dialah yang (dan dalam satu riwayat: orang pertama yang) menelantarkan semua yang telantar 2/62]. Kemudian beliau bersabda, ‘Wahai umat Muhammad! Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah, melebihi kecemburuan seorang laki-laki atau wanita yang berzina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah, seandainya kamu mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis.’ Kemudian beliau memerintahkan mereka berlindung dari azab kubur.”Katsir bin Abbas menceritakan bahwa Abdullah bin Abbas r.a. apabila terjadi gerhana matahari biasa menceritakan hadits seperti hadits Urwah dari Aisyah. (Az-Zuhri berkata 2/31), “Aku berkata kepada Urwah, ‘Sesungguhnya saudara mu (Abdullah bin Zubair tidak berbuat begitu). Pada hari terjadinya gerhana matahari di Madinah, ia tidak lebih dari melakukan shalat dua rakaat seperti shalat subuh.’ Urwah menjawab, “Betul, karena ia menyalahi Sunnah.’”

Berdasarkan Firman Allah dan Sabda Rasulullah maka dalam menghadapi peristiwa Gerhana Matahari sesuai ketentuan Allah dan Sunah Rasulullah adalah :
1).Gerhana matahari merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, dimana Allah-lah yang menundukan segala apa yang ada di alam semesta ini kepada manusia, maka beriman dan bertaqwa lah kepada Allah serta bersyukur dan terus menerus mengaggungkan asma Allah
2).Gerhana sebaga salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah, mengingatkan akan hari Kiamat, azab kubur dan siksa api neraka
3).Menyadarkan untuk selalu bersyukur kepada Allah
4). Sebagai tanda kita beriman, bertaqwa dan bersyukur kepada Allah maka ketika terjadi gerhana matahari yang harus kita lakukan sesuai sunnah Rasulullah:
a).Takbir
b).Melaksanakan Shalat Sunnat Kusuf 2 rokaat 4 ruku secara berjamaah
c).Takbir dan Berdzikir
d).Berdoa mohon diampuni dosa dihindarkan dari azab kubur
e).Mendengarkan khutbah
f).Mengeluarkan Infak Shodaqoh setelah gerhana

Semoga kita selalu dapat melaksanakan segala perintah Allah dan Rasulnya, dan semoga segala amal ibadh kita diterima Allah SWT, Amin.
Sukabumi Nanggeleng 26 Janurai 2009/29 Muharram 1430 H
Majlis Dzikir dan Aurod Bashorun Fuad

Muhammad Fajar Laksana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar